Firgiawan Listanto a.k.a Iwan Fals yang menggelar diskusi sekaligus konser temu kangen semalam yang bertempat di M-Icon Convention hall dengan tema "Budaya - Korupsi - dan Kehidupan" .
Diskusi menarik yang dihadiri oleh Kapolres Manado KomBes Amran Ampulembang . dan juga DanDim Manado Letkol Inf Y. Putrajaya . dan beberapa narasumber itu menarik perhatian sejumlah ormas . termasuk didalamnya BPW Oi Sulut . berlangsung sangat menarik
Diskusi menarik yang dihadiri oleh Kapolres Manado KomBes Amran Ampulembang . dan juga DanDim Manado Letkol Inf Y. Putrajaya . dan beberapa narasumber itu menarik perhatian sejumlah ormas . termasuk didalamnya BPW Oi Sulut . berlangsung sangat menarik
salam Oi , damai kami sepanjang hari
Membahas Lagu Iwan Fals “Tikus-Tikus Kantor”
“kisah
usang tikus-tikus kantor, yang berenang disungai yang kotor, kisah
usang tikus-tikus berdasi…” sepenggal lirik lagu iwan fals tersebut
mungkin cocok buat keadaan negeri kita sekarang ini. korupsi
merajalela, koruptor bebas berkeliaran diinstansi pemerintahan, baik
pusat maupun daerah. Koruptor yang berasal dari pegawai “ecek-ecek”
sampai pejabat negeri yang berdasi rapi. Korupsi yang terang-terangan
maupun yang berlindung dibawah Peraturan yang diakali.
Korupsi
kalau diartikan sederhana merupakan tindakan yang berpotensi merugikan
negara untuk memperkaya diri, keluarga, kerabat dan golongannya. Di
sini tidak akan saya tulis koruptor kelas kakap yang tidak bisa
dipahami dan sulit dimengerti karena selalu berlindung dibawah “ketiak”
pejabat yang lebih tinggi, berkelit lidah dan banyak harta yang bisa
membayar hukum sekalipun. Mari Kita tengok saja korupsi yang sering
dilakukan di sekitar kita, atau bahkan kita sendiri yang tidak bisa
terendus karena “hanya” kecil-kecilan dan berlindung dibawah peraturan
yang bisa diakali. padahal sekecil apapun korupsi kalau dilakukan terus
menerus akan lebih akut menggerogoti kekayaan negeri karena sudah
terbiasa dan dianggap wajar untuk dilakukan.
Pegawai
Negeri Sipil (PNS). Yah lagi-lagi Tiga huruf ini tersangkanya. PNS
kelas teri yang belum berdasi dan belum membawa merci. Punya jabatan
tapi sehari-hari tidak mempunyai pekerjaan, atau bahkan tidak
mengetahui apa yang harus dikerjakan. Motivasinya cuma uang. Sudah
digaji dan mendapatkan tunjangan macam-macam masih mencari tambahan
uang saku dari perjalanan dinas yang tidak jelas apa yang dikerjakan
selama perjalanan dinas tersebut. Padahal Perjalanan Dinas tersebut
dibiayai negara. PNS ini berpikiran Bagaimana uang negara, uang rakyat
yang dituangkan dalam APBN masuk kekantong dan rekeningnya. Merugikan
negara, ada peraturannya walaupun diakali bagaimana bisa melakukan
perjalanan dinas yang sebenarnya bukan untuk kepentingan negara.
Setiap
hari PNS tersebut bukan berpikir untuk bekerja untuk negara karena
merasa sudah digaji rakyat dan negara, tetapi berpikir bagaimana mereka
bisa melakukan Perjalanan Dinas dalam konteks pembahasan kepentingan
kantor atau kerjaan kantor sesering mungkin walaupun disana cuma
“ngrumpi” dan membicarakan orang lain yang tidak jelas maksudnya. Yang
penting Dapat Uang saku untuk tambahan “jajan” anak-anak mereka. Uang
Subhat, atau bahkan boleh lebih kejam lagi “uang haram” untuk buah
hatinya. Mereka menikmatinya menganggap seolah itu adalah tambahan
rejeki, padahal rejeki mereka sudah ada yaitu dari gaji dan bermacam
tunjangan yang diterima setiap bulannya. Manusia memang tidak pernah
puas, PNS juga manusia yang tidak pernah puas dengan apa yang sudah
diterima.
Jujur,
Bekerja Keras maka dirimu akan mendapatkan rejekimu sendiri. Itulah
sebaris kalimat yang saya baca dan semoga dibaca juga oleh Para PNS
sang tikus-tikus kantor. Kalau setiap hari memikirkan bagaimana
melakukan perjalan dinas, berarti gaji selama sebulan menggaji
pekerjaan apa. Padahal kalau mau bersyukur, gaji itu sudah lebih dari
cukup bukan? PNS kenapa selalu menjadi benalu, kenapa selalu jadi virus
dan malin di negerimu sendiri walaupun tidak semua PNS punya mental
seperti ini. Ayo bersama sejahterakan rakyat, saudara-saudara kita,
jangan hanya mempertebal kantong pribadi untuk kesejahteraan pribadi
dan bahagia diatas tertindasnya saudara kita.
Kita harus malu….
Malu jadi benalu….
Malu minta melulu….
Dan diakhiri dengan…Malu karena salah melulu….
Referensi : - Koran Media Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar